Begitu cibiran beberapa teman satu divisi (divisi kebersihan) beliau setelah mengetahui bahwa temannya yang hebat ini beberapa kali mendapatkan kenaikan jabatan baru.
Jualan Asongan
Meski keadaan yang serba sulit, Houtman terus berjuang bertahan di Ibukota. Bermodalkan uang Rp 2.000,- hasil pinjaman temannya, beliau mengadu peruntungan dengan menjadi pedagang asongan yang menjajakan perhiasan imitasi di jalanan tanah abang. Lambat laun usaha ini mulai menunjukkan hasil yang lumayan.Namun peningkatan usahanya ini di uji oleh Tuhan dengan datangny aparat yang menggusur lapak jualannya. Tidak sedikit barang dagangannya yang diinjak-injak oleh petugas itu. Tapi ternyata Tuhan ingin menunjukkan hal lain kepada Houtman, Tuhan menunjukkan bahwa berada di lingkungan orang-orang yang begitu baik, karena ketika dagangannya di obrak-abrik oleh petugas ada banyak pedagang lain yang membantu membersihkan seluruh perhiasan imitasinya yang terkena lumpur.
Hidup di jalanan Jakarta, membuatnya begitu leluasa memperhatikan kendaraan mewah yang melintas disekitarnya. Orang-orang berpakaian rapi di dalamnya, berdasi dan pasti penghasilan yang lebih dari cukup bahkan melimpah. Kondisi ini semakin membuat tekadnya terus menguat. Pemandangan itu seakan-akan menjadi bahan bakar yang memanaskan semangat dan cita-citanya.
Dengan tekad dan semangat yang kuat, Ia mulai mendatangi setiap gedung bertingkat untuk melamar pekerjaan, dengan ongkos yang didapatkan dari keuntungan menjual perhiasan imitasi.
Diterima Kerja
Setelah sabar menunggu dan melakukan berbagai kebaikan disetiap harinya, selang tiga hari kemudian sebuah surat datang padanya membawa kabar gembira bahwa Houtman diterima menjadi Office Boy di sebuah bank bonafid dari USA, The First National City Bank (Citibank). Dan disinilah, perjalanan luar biasa beliau dimulai.
Suatu saat, Houtman tertegun dengan sebuah mensin yang dapat menduplikasi dokumen, yang saat ini dikenal dengan mesin fotokopi. Pada saat itu mesin foto kopi masih sangat langka, hanya perusahaan-perusahaan tertentu yang memiliki mesin tersebut dan diperlukan petugas khusus untuk mengoperasikan mesin ini.
Setiap selesai pekerjaan, sekitar jam 4 sore Houtman sering mengunjungi mesin tersebut dan meminta kepada petugas foto kopi untuk mengajarinya, hingga akhirnya Houtman mahir mengoperasikan mesin foto kopi.
Dan tanpa disadarinya, pintu pertama menuju masa depan terbuka lewat sini. Pada suatu hari petugas mesin foto kopi itu berhalangan dan otomatis hanya Houtman yang bisa menggantikan untuk mengoperasikannya. Sejak itu pula Houtman secara resmi naik jabatan dari posisi OB menjadi Tukang Foto Kopi.
Naik jabatan menjadi tukang foto kopi tidak membuat Houtman puas, hasrat dan keinginannya untuk belajar masih terus ada. Di sela-sela pekerjaannya meng-kopi dokumen, Houtman selalu membaca dan mempelajari dokumen apa yang sedang ia Copy. Begitu juga ketika Houtman membantu pegawai lain yang terlihat begitu sibuk dengan tumpukan dokumen-dokumen yang butuh waktu lama untuk diselesaikan. Tanpa basa-basi, Houtman menawarkan bantuan,
"Serius nih mau bantuin gue?" begitu kata Houtman sambil mengenang perkataan staff yang dibantunya waktu itu.
"Iya beneran saya mau bantu, sekalian mau nambah ilmu" Begitu kata Houtman. "Bener ya, tapi gak boleh salah lo ya, kalo salah tanggungjawab lo ya, bisa dipecat lo" kata staff mewanti-wanti dengan keras.
Jabatan Tertinggi
Melihat prestasi dan kompetensi yang dimiliki Houtman, pejabat Citibank akhirnya mengangkatnya menjadi pegawai bank. Pengangkatan Houtman menjadi berita yang heboh, bagaimana bisa seorang Office Boy, tidak pernah ikut tes, dan cuma lulusan SMA diangkat sebagai pegawai? Cibiran pun datang dari rekan sesama OB dan staff lainnya.Menjabat sebagai CEO di beberapa perusahaan, menjadi penasehat keuangan dari salah seorang gubernur, dan berbagai jabatan lainnya berhasil beliau jalankan.